Sabtu, 03 November 2012

SECEPAT KILAT

 
 SECEPAT KILAT - Jarak tempuh menuju alam barzah sangat cepat, secepat kilatan cahaya. Jaraknya hanya dibatasi oleh satu nafas yang tak berhembus lagi. Tak perlu membawa kendaraan, tak perlu berjalan berlari, tak perlu berjalan kaki sebab su
dah ada malaikat maut yang akan menjemputnya. Dekatnya jarak dan penjemputan malaikat maut, membuat manusia tak siap untuk berbuat kebaikan walau hanya tersenyum, walau hanya menggerakan bibir untuk berdzikir, walau hanya ingin mengucapka istighfar, semuanya sudah terlambat seperti kayu yang sudah menjadi arang.

Proses ini dirancang oleh Allah, agar manusia bertafakur, berkotempelasi, berfikir, berjuang dan selalu bersiap siaga menghadapinya dan membawa bekal untuknya seperti pasukan yang bersiap siaga saat berperang. Karena Syetan snantiasa memerangi kita dengan segenap tipu dayanya. Sejarah peradaban makhluk sejak alam diciptakan sampai masa kini semuanya mengalami kemusnahan dan kematian. Kita hanya tinggal menunggu kapan dia akan datang.

Persiapkan beramal shaleh, mari slalu berjuang beribadah dalam kehidupan sesuai jalanNya, yaitu selalu menyertakan Allah dalam kita bekerja, beraktivitas, banyakin belajar, mensucikan dan membesarkan Allah SWT dengan sebenarnya, jangan meremehkan apalagi menganggap gak penting disaat dunia semakin riuh. Perhatikan Firman-Nya, Sunnah-Nya, kisah para shahabat Shalihin yang terjamin mengikuti Rosulullah SAW sebagai pegangan kehidupan, lebih fokus dan prioritas. Iqro dalam ayat pertama yang turun adalah sebuah pertanda besar, harusnya itu yang kita prioritaskan, mempelajari Risalah Al Islam secara penuh dan utuh, terutama bagian akidah, tauhid yang snantiasa diincar syetan hingga status keimanan kita tercabut, yang buat kita gak sadar bila tidak kritis memahami agama, dan beribadah berdoa memohon pertolonganNya dengan kesungguhan hati mencari Allah sebenar2nya. Apalagi berkenaan dengan hadist Rosulullah SAW yang menggambarkan kondisi masa depan umat Islam, sbb :

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia." (HR. Ahmad No. 8493)

Dalam Islam setiap muslim diharuskan untuk memiliki pengetahuan mengenai ajaran Islam dalam kehidupan sehingga dengan pengetahuan itulah ia dapat senantiasa menilai apakah sebuah instruksi patut ia segera laksanakan atau sebaliknya ia kritisi dan tidak taati, membicarakan, menyebarkan dan mengucapkan sesuatu. Tidak asal mengikuti bila dalam kedurhakaan kepada Allah, walaupun mereka kedua orangtuanya sekalipun.

Allah SWT Berfirman,“Dan jika keduanya (orang-tuamu) memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS Lukman 15)

Allah SWT Berfirman,“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". (AS Al-Ahzab 66-68)

Allah SWT memperingatkan kita bahwa ada sementara manusia di dunia ini yang mengira bahwa dirinya sudah banyak berbuat kebaikan namun ternayata di dalam pandangan Allah SWT justeru mereka itulah orang-orang yang paling merugi.

"Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS Al-Kahfi 103-104)

Marilah kita sama-sama berlindung kepada Allah SWT dan senantiasa mewaspadai akan kelengahan yang kita gak nyadar, ada do'a dalam sebuah hadist semoga dapat kita amalin bersama

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيمَانًا لَا يَرْتَدُّ

“Ya Allah, aku meminta kepadamu keimanan yang tidak akan murtad.” (AHMAD - 4112)

Sumber Page FB : Yusuf Mansur Network

Selasa, 04 September 2012

Sendiri itu Indah

... KESENDIRIAN YANG PENUH MAKNA ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Kesendirian, suatu waktu di mana kita tak bisa menghindarinya. Banyak momen di mana kita harus tinggal seorang diri; saat di kamar mandi; saat di rumah tak ada orang kecu
ali kita; saat berada di sebuah ruangan warnet.

Saat kesendirian itu muncul, saat di mana setan dengan gencarnya menggoda kita. Karena biasanya, kita akan jauh lebih semangat beribadah ketika ada orang di sekitar kita. Apalagi jika orang yang di dekat kita adalah orang yang shalih, yang senantiasa “menularkan” kebaikan pada diri kita.

Ketika penghalang itu tak ada, setan pun dengan leluasa menerobos masuk dalam hati dan pikiran kita.

Karena iman yang lemah, kita pun kerap terjebak pada bujuk rayu setan. Kita menuruti apa mau setan. Tadinya kita rajin shalat, membaca al-Quran, tiba-tiba menjadi makhluk jalang yang bersuka cita pada kemaksiatan. “Ah... tidak ada yang melihat saya melakukannya,” bisiknya dalam hati.

Saat kesendirian itulah keimanan kita sedang diuji, apakah kita benar-benar mencintai Allah dengan setulus hati, apakah kita hanya takut kepada-Nya ataukah ibadah yang kita lakukan selama ini hanya sandiwara dan ingin dipuji oleh orang yang sedang bersama kita?

Saat sendiri, berarti kita hanya berdua-duaan dengan Allah. Alangkah baiknya kita gunakan kesempatan itu untuk bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah. Ketika dalam keramaian kita berdzikir seratus kali. Maka saat sendirian, kita harus lebih dari itu. Uwais al-Qarny Ra. pernah berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang bisa mengenal Tuhannya, sementara dia lebih banyak bersama selain-Nya.”

Suatu ketika, di malam yang dingin dan sunyi, Imam Abu Hanifah bermunajat di sebuah masjid. Di sana beliau menghabiskan waktunya dengan shalat, dzikir, dan berdoa hingga shubuh. Tak disangka, ada orang yang melihat ibadahnya itu. Setelah mengetahui ada yang memperhatikannya, beliau lalu berkata kepada orang tersebut agar merahasiakan perihal apa yang dilihatnya.

Diriwayatkan bahwa Imam Malik tidak terlalu banyak melaksanakan puasa dan shalat sunnah. Akan tetapi, kesendiriannya dipenuh dengan hal-hal yang berguna dan bermakna.

Seorang ulama bernama Umar Tilmisani pernah menceritakan pengalamannya. Di suatu malam, Imam Hasan al-Banna – gurunya – memanggil namanya, “Ya Umar, apakah engkau sudah tidur?” Lantas Umar menjawab, “Belum ya syaikh.” Kemudian Imam Hasan al-Banna kembali masuk ke kamarnya.

Beberapa saat kemudian Imam Hasan al-Banna kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Tapi kali ini Umar sengaja tidak menjawabnya, karena pasti nanti akan bertanya lagi hal yang sama. Umar pura-pura tidur.

Setelah tidak ada jawaban dari Umar, Imam al-Banna masuk kembali ke kamarnya. Beberapa saat lamanya pertanyaan yang sama tidak segera muncul, Umar pun melihat apa yang dilakukan gurunya itu di dalam kamarnya

. Demi melihatnya, Imam Hasan al-Banna sedang bermunajat dengan tangisan menyayat hati. Akhirnya tahulah Umar, jika gurunya itu menginginkan kesendirian dalam bermunajat kepada-Nya, sehingga amalan hanya semata-mata karena Allah.

Sungguh asyik berdua-duaan bersama Allah sehingga Allah akan menganugerahi cahaya pada wajah kita. Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya, “Kenapa orang yang rajin shalat malam wajahnya tampak bercahaya?” Imam Hasan menjawab, “Karena dia berdua-duaan dengan Allah sehingga Allah menghadiahinya sebagian dari cahaya-Nya.”

Seorang yang taat di kala ramai maupun sepi akan mereguk manisnya iman. Dia akan mendapatkan peningkatan kualitas iman dalam dirinya. Sesungguhnya semua ibadah yang kita lakukan untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain. Kita berlaku demikian laksana melemparkan kayu Hindi (bahan minyak wangi) ke tengah bara api, kemudian wanginya tercium oleh manusia, namun mereka tak tahu dari mana sumber wewangian itu.

Ada orang yang jika kita mendekatinya terasa damai. Ketika menatap wajahnya, semakin mendorong kita untuk banyak mengingat Allah. Semakin bergaul akrab dengannya, terasa kebaikan-kebaikannya. Cintanya kepada kita bukan kamuflase sesaat, tetapi merupakan cinta murni yang datang dari-Nya. Terasa di sekeliling kita “harum mewangi” ketika kita bersamanya.

Namun, ada orang yang jika kita semakin dekat dengannya, hati kita semakin hampa, keras membatu, dan kotor oleh maksiat. Mungkin pada mulanya, kita menganggapnya orang baik. Namun lama kelamaan ketahuan belangnya, hatinya lebih busuk dari bangkai dan lebih kejam dari binatang liar. Merekalah orang-orang yang hanya taat di kala ramai, namun berbuat maksiat di saat sendiri.

Barangsiapa yang kesendiriannya baik dan penuh makna, akan menyebarlah aroma keutamaannya dan hati pun akan senantiasa mencium wewangiannya. Jagalah perilaku Anda dalam kesendirian, karena hal itu sangat bermanfaat ...

Semoga bermanfaat bagi yang membacanya .....
.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ....

Kamis, 30 Agustus 2012

Syukur

BERSYUKUR ITU MENENANGKAN DAN MENGUSIR KELUH KESAH,


Sebelum engkau melangkah terlalu jauh dari negerimu
Sebelum engkau memiliki cita-cita besar
Sebelum engkau terlalu angkuh
Sebelum engkau terlalu banyak mengeluh

Hari ini kukendarai keretaku menuju suatu tempat. Melewati perempatan lampu merah yang berada tak jauh dari gang rumahku. Sebuah pemandangan yang biasa ketika kulihat seorang Bapak-bapak (maaf) yang tubuhnya tak terlihat layaknya manusia kebanyakan. Sulit bagiku menggambarkan karena dengan mengingatnya saja ada gemuruh yang tertahan dalam dada. Tapi bagiku, beliau adalah laki-laki hebat yang mungkin karena kehebatannya itulah, krna kehebatan akan ketabahannya menerima takdir yang demikian itulah yang membuat beliau menjadi salah satu laki-laki terhebat di mataku.
Teman,mungkin kalau saya ataupun kita yang mengemban takdir yang beliau pikul sekarang, kita tidak akan sanggup menerimanya. Dan mungkin krna itu jugalah Tuhan tidak memberikan cobaan seperti yang beliau terima. Karena kita terlalu lemah. Karena kita tidak sekuat beliau.

Kuseberangi perempatan jalan itu. Di seberang, kulihat lagi beberapa Bapak-bapak (maaf) pengemis yang tak biasanya kulihat di sana. Itu artinya semakin bertambahlah jumlah mereka yang mengharap ada rasa kasihan dan kesadaran saudara-saudaranya untuk membagi sebagian kecil rezeki yang dititipkan Tuhan kepada mereka. Wajah mereka menua. Entah memang karena umur mereka yang telah hampir mencapai puncaknya ataukah karena kerasnya hidup yang mereka lalui sehingga wajah itupun tampak lusuh dan tak sesegar seperti umur mereka yang sebenarnya.

Seorang Bapak yang kuceritakan di atas, seorang Bapak yang tangannya cacat sejak lahir, seorang Bapak berpakaian lusuh dg wajah menghiba sambil membawa kotak infak, dan seorang Bapak yang hanya bisa terduduk sembari menunggu ada yang mau memberinya uang di pinggir jalan. Ya, merekalah 4 orang Bapak yang begitu berharap uluran tangan yang memberinya rezeki dari si pengguna jalan raya itu. Ada yang memberi dengan melemparkan uang itu kepada mereka. Tidak langsung ke tangan mereka, teman. Tapi uang itu dilemparkan kepada mereka dan mereka pun memungutnya di jalan itu…

Teman, jika kalian diberi uang dan orang itu memberinya dengan cara melemparkannya kepadamu, bagaimana reaksimu? Saya yakin sebagian besar orang akan marah. Tapi tidak dengan mereka. Mereka memungutinya dan mengucapkan “ALHAMDULILLAH” sembari mendo’akan orang tersebut.
Entahlah… Apakah karena kemiskinan hidup yang mereka tanggung dan kerasnya perlakuan yang mungkin telah setiap hari mereka dapatkan membuat mereka ikhlas diperlakukan “tidak biasa”.

Bukankah mereka juga manusia seperti kita? Bukankah mereka juga memiliki perasaan? Bahkan sebenarnya manusia seperti merekalah yang lebih mudah untuk bersedih. Mereka tidak seberuntung kebanyakan orang lain dalam memperoleh harta, maka haruskah kita juga membuat mereka tidak seberuntung kebanyakan orang dalam memperoleh perhatian dan kasih sayang? Ingatlah, mereka saudara kita. Karena sesungguhnya kita dan mereka ibarat satu tubuh yang seharusnya jika satu bagian terluka, yang lain juga ikut merasakannya.

Teman,kadang saat kita sakit, kita juga sering mengeluh. “Kenapa saya harus menanggung penyakit ini? Saya tidak sanggup”. Banyak lagi kalimat-kalimat yang menunjukkan keluhan kita saat sebuah penyakit menjadi satu cobaan yang diberikan kepada kita. Padahal, jika kita sakit, kita masih beruntung karena masih bisa dan memiliki biaya untuk berobat ke sana ke mari. Kita masih bisa memilih tempat-tempat dan obat-obat terbaik untuk mengobati penyakit kita. Kita masih bisa meminta ini dan itu bermanja pada orang tua, kerabat, sahabat, ataupun teman untuk melepas keinginan dan selera kita di kala sakit itu. Masih ada yang menjenguk dan memperhatikan. Masih ada yang mengkhawatirkan kita. Tapi mereka? jangankan orang lain, mungkin mereka sendiripun tidak peduli lagi penyakit apa yang mereka derita. Bukan karena mereka dzalim terhadap diri mereka sendiri, tapi karena itulah, karena terlalu banyak beban dan derita yang harus mereka pikul. Jika harus mengeluh lagi, itu hanya akan memperpanjang daftar keluhan mereka, hanya akan memperpanjang riwayat masalah mereka. Apakah akan usai? Tidak…karena mereka begitu sadar bahwa hidup mereka tidak akan berubah dengan mengeluh dan mengeluh.

Ah…… Ingin rasanya memeluk mereka.

Tapi, andaikan diri duduk di sampingnya, bukan mereka yang akan menangis. melainkan AKU. Karena si “AKU” terlalu lemah. Bahkan jauh lebih lemah dari mereka siempunya dan menanggung nasib itu………

Teman, jika hari ini kita ingin mengeluh dengan sakit yang kita derita, ingatlah bahwa masih banyak saudara kita yang mungkin lebih parah dari kita. Di luar sana mungkin ada dari mereka yang tengah dalam kondisi lemah terbaring di atas tempat tidur rumah sakit atau bahkan berada dalam keadaan sakaratul maut.

Jika hari ini kita mengeluh dengan pekerjaan yang telah kita dapat, ingatlah bahwa di luar sana msh banyak saudara kita yang berjuang dalam tapak demi tapak utk memperoleh pekerjaan. Menapaki langkah hanya untuk mengumpulkan uang demi mengisi perut hari ini, esok, dan esoknya lagi…

Jika hari ini kita mengeluh kedinginan hanya krna tidak memiliki selimut, ingatlah ketika di luar sana banyak saudara kita yang bahkan tidak memiliki tempat berteduh dari dinginnya hujan dan udara yang mencekam tubuhnya. Bayangkanlah ketika mereka hanya bisa duduk di antara toko-toko sembari memeluk lutut dengan tubuh yang menggigil kedinginan…

Jika hari ini kita masih mengeluh, berjalanlah keluar sana, peluklah tubuh itu atau sekedar pandangilah ia, semoga kita bisa lebih bersyukur karenanya…

Rabu, 29 Agustus 2012

"Cukup" itu Tanda Syukur


Suatu hari seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib.
Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang banyak sekali

Si petani menjadi sangat kaya raya, dan ingin menumpuknya sebanyak mungkin

Sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata "cukup".

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya.

Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana.

Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata
cukup.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata

"cukup". Kapankah kita bisa berkata cukup?

Hampir semua orang merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya.

Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target.

Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati. Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata cukup?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.

Cukup adalah persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.

Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.

"Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup.

Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.

Belajarlah untuk berkata "Cukup"

"Cara yang Paling tepat untuk "mengatakan" Cukup adalah dengan BERSYUKUR, semakin Kita merasa "cukup" dan Bersyukur maka Kita akan semakin dekat dengan Kebahagiaan dan jauh dari rasa kekurangan"

Sahabat...
Walau bagaimanapun Rasa syukur dan rasa cukup
harus kita barengi dengan ibadah sebagai wujud nyata .
agar rezeki kita semkin bertambah bukannya makin berkurang
agar cahaya iman semakin terang menerangi jalan hidup kita...

"Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau kufur (akan nikmat-Nya). " (QS An Naml:40)

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim:7)

Sabtu, 25 Agustus 2012

Bangun rumahmu di Surga

Sudahkah Anda Membangun Rumah Di Surga ?
Label: Amalan, Ibadah, Surga-Neraka

Oleh : Ustadz Syafiq Basalamah, MA

Sudahkah anda memiliki sebuah rumah?
Atau sedang membangunnya?
Atau anda masih tenggelam dalam impian indah untuk mendirikan rumah ?

Hampir semua insan yang hidup di muka bumi ini berkeinginan memiliki tempat tinggal. Dia bekerja memeras otak dan keringatnya demi mewujudkan cita-cita membangun sebuah rumah. Tempat tinggal untuk dirinya bersama keluarga. Tempat berteduh dari hujan dan panas. Tempat memadu cinta dan kasih sayang bersama anak dan cucu.

Dan Alhamdulillah, sudah banyak yang memiliki rumah, namun biasanya kalau rumahnya belum bagus, dia berkeinginan untuk memperindah rumahnya. Dengan desain yang lebih indah dan elegant. Lebih luas dan menarik dari luar dan dalam.

Dan yang sudah memiliki rumah bagus nan mewah, kadangkala bila melihat rumah yang lebih indah, terbetik di hatinya untuk merenovasi rumahnya atau membangun rumah seperti yang dilihatnya.
Dia akan memilih lokasi yang lebih indah, lebih strategis, lebih aman dan lebih semuanya.

Kenapa tidak? Emang tidak boleh?
Tentunya tidak apa-apa selama dari hasil yang halal dan sesuai dengan syari'at.

Namun, bila kita perhatikan dan renungkan, ternyata tidak sedikit dari manusia yang hidup di muka bumi ini, khususnya orang-orang miskin yang sampai mati belum sempat memiliki rumah.

Atau ada yang sudah menabung dari masa muda sampai tua, tapi belum juga tercapai rumah yang diimpikannya. Selama hidupnya ia tinggal di rumah kontrakan yang sederhana, apa hendak dikata, itulah kemampuan yang dimilikinya.

Atau ada yang sudah membangun rumah kecil, namun ternyata rumahnya harus digusur karena berdiri di atas tanah sengketa.

Dan pada hakekatnya, semuanya akan digusur, kalau bukan rumahnya, maka penghuninya yang akan dipaksa keluar dari rumah idamannya.

Sebagus manapun rumah yang dimilikinya.
Seindah manapun lokasi yang dipilihnya.
Sehebat manapun arsitek yang membangunnya.
Semahal manapun rumah yang dibelinya.
Selengkap apapun fasilitas yang disediakan olehnya

Pasti suatu saat, rumah itu tak ubahnya rumah kontrakan, yang harus ditinggal oleh penghuninya, karena masa kontraknya sudah habis.

Saudaraku..!

Pernahkan anda bermimpi untuk memiliki rumah yang tidak perlu susah payah membangunnya.

Catnya tidak pernah pudar.
Tanamannya tidak pernah layu.
Bentuknya tidak pernah membosankan.
Bangunannya disusun dari batu bata emas dan perak.
Bahan pelekatnya adalah minyak kesturi.
Kerikilnya dari mutiara dan permata.
Debunya adalah Za'faran (Komkoma).
Tamannya tidak pernah putus berbuah.
Sungai-sungai Mengalir di bawahnya.
Kekal dan abadi tidak seperti rumah di dunia.
Yang memasukinya tidak akan pernah tertimpa duka dan kesedihan.[1]

Maukan anda membangun rumah tersebut di atas?
Atau menabung untuk membelinya?
Atau kalau tidak memintanya dari Sang Empunya?

Istri tercinta Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam, yang bernama Khadijah telah mendapatkan satu dari rumah yang indah itu, sebagaimana diinfokan oleh malaikat Jibril alaihissalam.[2]

Bukan di kota Mekah yang gersang dan kering kerontang.
Bukan di pondok indah yang tidak lepas dari incaran kawanan perampok.
Bukan di muka bumi yang suatu saat akan luluh lantah rata dengan tanah.

Namun di surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Rumah yang disediakan untuk hamba-hamba yang bertaqwa.

Istri fir'aun telah berdoa memohon kepada Allah, suatu permohonan yang telah Allah ta'ala abadikan dalam Al Qur'an [3] Ia meminta di bangunkan di sisi Allah Ta'ala sebuah rumah.

Ia menginginkan bertetanggaan dengan sang Pencipta. Berjiran dengan ar Rahman dan ar Rahiem yang selama ini ia telah mengabdikan diri kepada-Nya, walaupun ia belum melihat-Nya.

Bukan bertetangga dengan presiden.
Bukan dengan pangdam.
Bukan dengan pengusaha sukses.
Bukan dengan pejabat kaya.
Namun bertetangga dengan al Khaliq.

Saudaraku, pernahkah anda memikirkan rumah anda di surga?
Atau anda hanya memikirkan rumah di dunia saja?

Rumah di surga itu tidak susah didapat.
Tidak perlu memeras keringat dari pagi sampai sore.
Tidak perlu uang yang banyak.
Pengemis dan fakir miskinpun bisa memperolehnya.

Caranya...?

Sebagaimana banyak cara untuk dapat memiliki rumah di dunia, ternyata banyak cara pula untuk membangun rumah di surga. Allah memberikan banyak opsi bagi manusia, karena sebagai Sang Pencipta Dia mengetahui adanya perbedaan di antara hamba-hambanya dalam menentukan jalan dan caranya.

Di bawah ini ada beberapa amalan yang silahkan diamalkan bagi yang ingin memiliki rumah di surga, semua sesuai dengan kemampuan masing-masing:

1. Melaksanakan shalat sunnah sebanyak 12 rakaat dalam sehari dan semalam.

Berusahalah untuk senantiasa shalat sunnah sebanyak 12 rakaat dalam sehari dan semalam. Qabliah, ba'diah (terutama rawatib), dhuha, atau sunnah yang lainnya, karena Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidaklah seorang muslim melaksanakan shalat sunnah untuk Allah pada setiap harinya sebanyak 12 raka'at selain shalat fardhunya, melainkan Allah akan membangunkan baginya rumah di surga". (HR Muslim) Tentang tata caranya, baca disini.

2. Membangun masjid.

Kalau mungkin kita tidak bisa melakukan yang pertama, cobalah menyisihkan rizkinya untuk membangun masjid, jangan takut miskin karena membangun rumah Allah di muka bumi ini, karena rizki kita itu dari Allah, dan Dia berjanji akan memberi ganti bagi kita di dunia dan membangunkan rumah untuk kita di surga.

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: "Barang siapa yang membangunkan bagi Allah sebuah masjid, niscaya Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga". (HR Bukhari Muslim)

Tapi kalau kita tidak bisa membangun masjid, semua dananya dari kocek kita, maka kita bisa berpartisipasi sesusai dengan kemampuan kita, kalau tidak bisa dengan duit, maka cobalah sekali-sekali menyisihkan waktu dan tenaga untuk membantu membangun rumah Allah, jangan berkata itu sudah ada tukangnya, kita membangun bukan karena dibayar, tapi kita sedang membangun rumah kita di surga, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda

"Barang siapa yang membangunkan sebuah masjid karena Allah, walaupun sekecil tempat bertelurnya burung Dara pasir, atau yang lebih kecil, niscaya Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga". (HR Ibnu Majah, dishahihkan oleh Albani, Shahih Jami' no: 6128).

Sesuatu yang kecil akan menjadi besar dan dahsyat karena niat dan tujuan yang baik dan luhur.

3. Membaca surat al Ikhlas sebanyak 10 kali.

Kalau mungkin kita tidak bisa melakukan kedua hal di atas, masih ada amalan lain yang bisa dilakukan. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Barang siapa yang membaca surat (Qul Huwallahu Ahad) sebanyak sepuluh kali, niscaya Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga". (HR Ahmad, dishahihkan Albani, Sohihil Jami' no: 6472).

Subhanallah, sebuah amalan yang sangat ringan dengan ganjaran yang begitu indahnya, akan tetapi hal

4. Bersabar dan memuji Allah tatkala mendapat musibah meninggalnya buah hati (anak)

Perkara yang satu ini membutuhkan perjuangan yang sangat berat, namun akan mudah bagi orang-orang yang beriman dengan takdir Ilahi, semua yang terjadi sudah menjadi kehendak sang Pencipta Yang Maha kuasa, semua pasti mengandung hikmah yang agung. Sedih boleh, tapi jangan larut dalam samudra kesedihan, masih banyak tugas dan kewajiban yang harus diselesaikan, yang mati sudah lebih dahulu terlepaskan dari beban dunia. Sementara yang hidup masih banyak tanggungan yang harus segera dikerjakan, Rasulullah shallallahu'alaIhi wa sallam bersabda yang artinya:

"Jika anak dari seorang hamba Allah meninggal dunia, Allah berfirman kepada para malaikat-Nya: "Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-KU?", maka mereka berkata: "Iya, benar".
Kemudian Allah berkata: "Kalian telah mengambil buah hatinya?", maka para malaikat berkata: "Iya, benar".
Allah bertanya lagi : "Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku?"
"Dia memuji-Mu dan berkata Inna lillahi wa innaa ilaihi raji'un. (Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan kembali), Jawab para malaikat.
Allah-pun berfirman: "Dirikanlah sebuah rumah untuk hamba-Ku di surga, dan namakan rumah itu; RUMAH PUJIAN".(HR Tirmidzi, dihasankan Albani, Shohihul Jami' no: 795).

Memuji dan menyanjung Allah ta'ala tatkala mendapat musibah maqamnya berada di atas maqam kesabaran.

5. Membaca do'a tatkala masuk pasar.

Bila kita pergi ke pasar, maka jangan lupa untuk membaca do'a masuk pasar, karena yang membacanya dengan ikhlash dan mengharap ridha Allah Taala, akan dibangunkan baginya rumah di surga, Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam bersabda yang artinya: "Barang siapa yang masuk ke pasar dan berkata :

لا إِلَه إِلَّا اللَّه وَحْده لا شَرِيك لَهُ، لَهُ الْمُلْك وَلَهُ الْحَمْد، يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ حَيّ لا يَمُوت، بِيَدِهِ الْخَيْرُ، وَهُوَ عَلَى كُلّ شَيْء قَدِير

“Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, yuhyii wa yumiit, wa huwa hayyun laa yamuut, bi yadihil khoir, wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir”

"Tiada tuhan yang berhak disembah melainkan hanya Allah yang esa, yang tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kerajaan, bagi-Nya segala pujian, Dia yang menghidupkan dan Dia yang mematikan, dan Dia Maha Hidup, tidak mati, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu".

Maka Allah akan menuliskan baginya seribu dikali seribu kebaikan, dihapuskan darinya seribu kali seribu dosa, dan diangkat untuknya seribu kali seribu derajat (yakni satu juta), dan Allah akan membangunkan baginya rumah di surga". (HR Ahmad, Tirmidzi, dihasankan oleh Albani “Shahihul Jami' no : 6231).

Mungkin kita berfikir amalan ini mudah dan ganjarannya begitu dahsyat, tapi ingat betapa seringnya sebagian dari kita tidak membacanya???

Karena setan-setan penjaga pasar tidak akan pernah lupa untuk membuat kita lupa melakukannya.
Dan sebagai catatan, hadits di atas bukanlah anjuran agar banyak-banyak ke pasar, karena pasar tetap sebagai tempat yang paling dibenci oleh Allah, namun kalau kita harus ke pasar, jangan lupa membaca doa di atas.!!!

6. Tinggalkan kebiasaan berdusta, walaupun hanya bergurau.

Berbohong untuk menyegarkan suasana bersama, sering kali menjadi opsi sebagian orang, padahal yang namanya berbohong tetaplah tidak boleh. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:

"Aku menjamin sebuah rumah di tengah-tengah surga, bagi yang meninggalkan dusta, walaupun hanya bergurau." (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Shihihah no:273).

Sudah saatnya kita berhati-hati dalam berbicara, walaupun dalam kondisi bersenda gurau.

7. Meninggalkan perdebatan walaupun merasa pendapatnya adalah yang benar.

Manusia memiliki instink untuk mempertahankan pendapatnya dan menunjukkan eksistensi dirinya, apalagi dalam kondisi-kondisi spesial, dan Nabi shallallahu'alaihi wa sallam menjaminkan sebuah rumah di bagian pinggiran surga, bagi yang meninggalkan berbantah-bantahan walaupun pendapatnya yang benar.

Khususnya dalam urusan-urusan dunia, demi menjaga perasaan saudara sesama muslim, apalagi kalau itu di antara suami istri yang kerap kali berbantah-bantahan dalam urusan sepele, sehingga terjadi keributan yang berkepanjangan di antara mereka. Maka meninggalkannya walaupun pendapat kita yang benar adalah suatu kemuliaan. Mungkin kita pernah mendengar orang menyebutkan (yang waras ngalah), ini adalah benar adanya.

Sebuah rumah di surga telah dijaminkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bagi mereka. (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan oleh Albani dalam Shohih Targhim 3/6)

Disebutkan Bahwa Nabi Dawud berpesan kepada putranya,"Wahai anakku! Jauhilah perdebatan. Sesungguhnya ia itu manfaatnya sedikit, dan ia menyulut permusuhan di antara sesama saudara". (Faidhul Qadir, al Munawi 5/5).

8. Menutup celah di antara Shaf Shalat.

Bila kita mendapat celah di antara Shaf shalat, seperti yang banyak kita dapati di negeri kita, seakan-akan setiap orang memiliki kekuasaan masing-masing, sehingga saling berjauhan shaffnya, maka tutuplah celah itu, sambunglah shaf itu, Allah akan membangunkan rumah di surga bagi yang melakukannya.

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
"Barang siapa yang menutup celah di Shaff niscaya Allah akan mengangkat baginya satu derajat dan membangunkan untuknya rumah di surga". (HR.Thabrani, dishahikan Albani, Shohihah no: 1892).

9. Berhijrah.

Berhijrah yakni berpindah dari negeri kafir ke negeri Islam, dari tempat yang tidak bisa ditegakkan syiar-syiar Islam ke tempat yang dapat ditegakknya syiar-syiar Islam, dan Hijrah adalah suatu kewajiban yang berlanjut sampai hari Kiamat. Di balik kewajiban ini ada suatu keutamaan yang Allah janjikan, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:

"Aku menjaminkan sebuah rumah di bagian pinggiran surga, bagi yang beriman kepadaku dan masuk Islam serta berhijrah". (HR Nasai, Shohih Jami' no: 1465)

10. Berjihad di jalan Allah ta'ala.

Para mujahidin di jalan Allah mendapatkan tiga buah rumah: di pinggiran surga, di tengah surga dan di tempat tertinggi di surga, sebagaimana hal itu disabdakan oleh Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dalam hadist Fudhalah bin Ubaid ((HR Nasai, Shohih Jami' no: 1465).

Tiga rumah spesial ini dikhususkan bagi mereka yang benar-benar berjuang untuk menegakkan kalimat Allah ta'ala di muka bumi.

11. Husnul Khuluq

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku menjaminkan sebuah rumah di tempat yang tertinggi di surga, bagi yang akhlaknya mulia". (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dihasankan Albani, Shohihul Jami' no: 1463).

Inilah beberapa opsi bagi yang ingin memiliki rumah di surga kelak, rumah yang tiada duka, tiada susah, tiada gundah, namun waktu membangunnya adalah tatkala kita berada di rumah yang penuh dengan duka dan gundah, di dunia ini.

Semoga Allah memudahkannya untuk semua. Amiin !
____________

Footnote:
[1] Lihat Musnad Ahmad (no: 9744)
[2] HR Bukhari Muslim
[3] Lihat: Surat at Tahrim (12)

Alhamdulillah penjelasan lengkap dari artikel diatas telah disampaikan Ustadz Syafiq Basalamah, MA di Masjid Ar-Rahmat Slipi, Jakarta Barat pada hari Sabtu, 26 Mei 2012 kemarin.

renungan hati

... BEGITU ENGKAU BERSUJUD ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Begitu engkau bersujud, .. terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid ...

Wahai, betapa menakjubkan, ..
berapa ribu masjid telah kau bangun selama hidupmu? ..
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu ..
meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat ...

Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika ..
bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud ...

Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Tuhan, ..
menjelma jadi sajadah kemuliaan ....

Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang ...

Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan ...

Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid ...

Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah,
engkaulah kiblat ...

Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah,
engkaulah tilawah suci ...

Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatullah ..

... Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud, karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud ... menjadilah engkau masjid ....

- Karya : Emha Ainun Najib -

keep spirit ..
keep istiqomah all day ..

.. insya Allah ..